Kamis, 17 Januari 2013

Selembut dan Setulus Senyum Sinta




Tulisan ini ada untuk mengapresiasi dan menghargai sekaligus bentuk rasa syukur penulis dapat mengenal sesosok teman, sahabat, bahkan panutan seperti seorang Desak Putu Sinta Suryani. Pengalaman yang luar biasa dan berharga tentunya memiliki teman seperti Sinta. Gadis berdarah Bali, yang lahir di Medan namun sekolah di Surabaya. Seorang panutan dalam hal kesabaran, ketulusan, dan tentunya bagaimana memberikan senyuman terbaik. NIM kami mungkin berurutan, aku 07xxx2002 dan Sinta 07xxx2003. Namun aku sangat sangat tertinggal jauh olehnya dari segi apapun itu. Sedikit cerita saja tentang perjalanan tujuh semester ini yang sangat berkesan dan melelahkan namun Sintalah yang terlebih dahulu dapat menuntaskan dan menggapai harapannya.

Semester Satu

Seperti yang telah kusebutkan diawal bahwa absen kami berurutan. Sehingga berdampak pada aktivitas pengelompokan kami saat Ospek selalu berjalan beriringan. 18 Agustus 2009 setelah pengukuhan kami semua dikumpulkan sesuai dengan jurusan, singkat kata Sinta adalah salah seorang pertama yang ku kenal karena alasan kami bertempat yang sama untuk PPKMB. Hari pertama PPKMB aku masih ingat betul bagaimana dengan keramahannya Sinta menyapaku. Pita warna merah muda, senyum renyah dan wajah berserinya untuk pertama kalinya ku temui di pagi itu dan akan seterusnya pula menghiasi kehidupan kami seluruh umat 09 di keluarga HI. Kesempatan kedua ialah saat kami berada dalam satu kelompok Korea Utara di IR Fest 2009. Bukan pendiam, namun lebih pada sosok tenang yang ku kenang pada diri Sinta. Pada perjalanannya Sinta memang telah menunjukkan bagaimana keuletan, kerajinan, serta kepintarannya membuahkan hasil dirinya sebagai pemegang takhta IPK tertinggi diangkatan.

Semester Dua

Dibalik ketenangan dan kekalemannya terkadang Sinta menunjukkan sisi humorisnya sebagai alumni Model Red-A deteksi beberapa tahun silam. Dan aura Puteri Indonesia yang dipancarkan tak mudah untuk hilang :p. Di semester ini aku masih ingat bagaimana aku merepotkanmu untuk acara HILITE pidato Bahasa Jerman. Aku merasa bersalah sepeuhnya karena perjuangan mengendarai angkot hingga ke Goethe selama beberapa kali berujung nihil pada tidak jadinya kompetisi Pidato Bahasa Jerman pada ajang HILITE 2010. Berikutnya ialah di semester ini kami semua 2009 merasakan lelahnya menjadi kepanitiaan IRFEST 2010. Sinta sebagai Bendahara, dan aku termasuk timnya untuk mencari dana. Mulai dari sini aku semakin kagum dan ingin belajar bagaimana menjadi seorang yang sangat sabar dan tidak pernah marah. Bahkan aku tidak pernah mendengar ucapan nada tinggi darinya. Baru kali ini aku menemui sosok sesabar dan semurah hati seperti dirinya.

Semester Tiga

Acara IRFEST mengalami puncak kesibukannya. Mulai dari pencarian dana, pengumpulan botol aqua, penarikan uang kas secara paksa, bagaimana rempongnya permintaan maba, belum lagi segala macam jurnal yang sangat menenggalamkan akal sehat kita. Namun Sinta masih menjadi sosok yang tenang, tegar, bahkan di kondisi sekritis apapun itu namanya. Tak sekalipun kau mengeluh disaat suasana yang jenuh. Kau lah sosok yang paling penurut bagi para senior yang penuntut. Kau menjadi acuanku untuk dapat belajar sabar dan berpikiran tenang dalam menghadapi situasi apapun.

Semester Empat

Kami semua mengalami masa kejenuhan dengan segala macam tuntutan jurnal. Persiapan HI ANNIV 29. Dan kami tenggelam dengan masing-masing kesibukan. Namun Sinta justru tetap bersinar dan bahkan mendapatkan beasiswa SUSI untuk isu media dan berangkat ke Amerika Serikat. Hebat dan dahsyat.

Semester Lima

Masih dengan segala macam kesibukan jurnal. Persiapan HIANNIV 29 yang menyimpan banyak skandal. Dan banyak sekali kejadian di berbagai hal. Contoh yang menarik ialah bagaimana kami segenap HI 09 membuat sebuah forum diskusi dalam urusan perasaan dan isi hati. Terinspirasi dari mata kuliah Resolusi Konflik Global, forum ini kami sebut Reskoncin atau kepanjangannya… Sinta menjadi salah satu member dan panelis utama setiap forum ini dibuka. Bahkan hasilnya kami berhasil membawa forum ini ke dunia FB untuk kalangan 09 yang lebih luas. Dengan moto “What it’s said in this group, should still in this group”.

Semester Enam

Tidak terlalu banyak jurnal, namun kesibukan dan mata kuliah yang berbeda terkadang menjadikan kami 09 tidak selalu bersama. Kelas Proposal menjadi kelas terhoror karena dari sini akan ditentukan masa depan skripsi kami. Namun tetap saja Sinta tetap membahana dan selalu bisa disaat kami tidak bisa. Dengan segala keuletan dan kepintarannya Sintalah yang selalu kami gadang menjadi pengharum nama baik angkatan.

Semester Tujuh

Sebagian dari kami 09 menggadang-gadang untuk inilah semester terakhir kami. Semakin banyak dramatisir yang hadir saat penampilan angkatan. Atau semakin lebay setiap foto yang ditampilkan. Kami hanya ingin mengingat segala kisah kasih kami sebagai sempakers 09 untuk dapat menjadi Sebuah Kisah Klasik untuk Masa Depan. Hasilnya ialah, tersaringlah lima gadis terniat dan tergiat untuk mengerjakan Skripsi mereka sehingga dapat menempuh siding. Dan Sinta tentu saja menjadi salah satu diantaranya.

Sore ini 17 Januari 2013 Sinta di sidang oleh penguji Bu BW, Pak VD, dan Pak WP. Presentasi yang sangat detail, sangat dipersiapkan dan Tanya jawab yang lancar memperkuat dugaan kami bahwa Sinta lah yang dapat mengharumkan nama angkatan 09. Singkat kata Sinta memang mendapatkan nilai yang kami prediksikan. Sorak gembira dilanjutkan haru tangis mengiringi pembacaan nilai Skripsi Sinta. Perlu ditekankan bahwa di jurusan kami, hanya manusia-manusia setengah dewalah yang mampu mendapatkan nilai AB apalagi A. Sinta sekali lagi membuktikan bahwa dirinya memang layak untuk dijadikan panutan dan acuan bagi kami semua di 09. Bahkan kami merasa hina hanya membebankan nilai AB tersebut terhadap Sinta.

Sint, kamu pernah berkata padaku bahwa di Agamamu ada yang disebut dengan Karma. “Apa yang kita lakukan disaat yang lampau akan berpengaruh pada masa depan”. Nilaimu ini menurutku ialah wujud penghargaan dari Sang Maha Kuasa atas segala dedikasi dan usaha kerasmu selama ini Sint. Kau selalu memberikan senyuman khas mu yang tulus, lembut, dan menyejukkan hati bagi siapapun itu. Bahkan Ron Hatley (si Bule Australia) memberimu julukan “The Smiley Sinta”. Hal ini membuktikan bahwa segala kebaikan dan ketulusanmu di masa lau telah terbayar dengan nilai AB itu.

Sinta, terimakasih telah memberikan inspirasi, acuan, dan semangat bagiku dan segenap teman-teman 2009. Kau selalu hadir memberikan ketulusan, kelembutan, dan kesabaran disaat kami pekat oleh segala tuntutan jurnal ataupun desakan pihak eksternal. Sungguh selama 20 tahun, baru kali ini ku temui sesosok gadis yang teramat sabar seperti dirimu.
Sekali lagi selamat Sinta, semoga selalu sukses untuk karirmu di masa depan entah menjadi apapun itu. Aku percaya dengan segala integritas dan dedikasi yang kau miliki kau akan selalu diterima dan siap dimanapun kau berada. Akan ku ingat senyum tulus yang menentramkan hati darimu itu.

4 komentar:

  1. Ngga, aku brebes mili bacanya. makasih banyak ngga. aku juga beruntung punya teman yang pekerja keras dn punya banyak cara buat menyenangkan orang lain kayak kamu. thank you :)

    BalasHapus
  2. senior yang banyak tuntutan ya? hmmmmmm :)))))))))


    sinta, selamat ya dapat AB. sukses selalu :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. suka sekalii dengan tulisan ini :3

    BalasHapus