Kamis, 28 Maret 2013

Bersama

Setiap orang punya teman. Teman yang ada di masa lalu, masa kini, hingga masa depan.
Teman yang mengerti akan sebuah keadaan. Teman yang tahu apa yang tersirat dari bahasa kalbu.
Setiap kenangan yang telah kita goreskan, setiap tawa riang canda yang tersampaikan.
Kesedihan yang tak jarang dibagikan. Kesenduan yang bersama kita rasakan.

Teman yang sedang mengejar kesuksesan. Teman yang mulai dan telah sibuk dengan segala macam pekerjaan.
Teman tetap hadir dalam motivasi hati. Akan selalu hadir menyemangati lewat intuisi. Jarak tak memisahkan koneksi.

Bersama, akan selalu menjadi ceria.
Bersama, bisa lebih berarti dari "hanya berdua".
Bersama, untuk menceritakan segala harap dan asa.
Bersama, aku lebih bahagia.

Senin, 25 Maret 2013

Badminton Axiata Cup LIVE DBL ARENA!!!

Hampir dua puluh tahun lebih aku menjadi pecinta bulutangkis Indonesia. Selama itu pula aku hanya dapat melihat kehebatan para punggawa olahraga tepok bulu tersebut dari Televisi. Namun setelah aku tinggal di Surabaya ini kemungkinan untuk mencoba menyaksikan aksi seru para atlit Bulutangkis secara live semakin terbuka lebar. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surabaya memang telah menggelar event-event besar seperti Djarum Sirnas, Indonesian Open, PON, dan yang terbaru ialah Axiata Cup 2013. Sama seperti sebelumnya aku memang berkeinginan untuk menonton bulutangkis tersebut secara live, namun ada kekhawatiran pula bahwa tidak bakal terjadi seperti hari-hari sebelumnya karena alasan asdfghjkl. Mulai dari transport, area yg jauh, tiket mahal, dan tidak ada teman. Namun mungkin memang sudah saatnya aku memnyaksikan aksi seru pertandingan Bulutangkis antar negara dengan hadiah paling besar pula. Sabtu 23 Maret 2013 pukul 13.00 aku hadir langsung di DBL Arena menyaksikan perjuangan atlit bulutangkis Indonesia. Saat itu pertandingan melawan Malaysia, sehingga pasti seperti yang sudah-sudah para penonton hiruk pikuk meneriaki INDONESIA namun juga mencaci pemain Malaysia dengan GANYANG MALAYSIA.

Aku merasa sangat puas menyaksikan pemain Indonesia dengan mata kepalaku sendiri. Toomy Sugiarto, Bellatrix Manuputy, Pasangan M. Rijal dan Debby Susanto, serta pasangan dadakan Hendra Setyawan dengan Ryan Agung Saputro. Sayang Indonesia harus berbagi angka 2-2 dengan Malaysia. Dua pertandingan tunggal dimenangi oleh Indonesia. Bella dan Tomy seakan tak mau dipermalukan di depan publik sendiri sehingga mereka menang dengan dua set langsung melawan lawan-lawanya. Rijal Debby memang harus mengakui sang rival, namun mereka telah berjuang dengan keras (meskipun memang banyak erornya). Lalu Hendra dan Ryan juga memang terlihat masih kurang kompak dan kurang komunikasi sehingga mereka pun kalah melawan ganda Malaysia. Hari kedua atau Minggu tanggal 24 Maret 2013 aku juga kembali melihat tim Indonesia tampil. Kali ini melawan Asia All Star, dan sayangnya skor kembali 2-2. Kali ini tunggal kita yang kalah oleh superstar dari Asia. Aprilia Yuswandari memang sepertinya terkena cedera saat menjangkau bola sulit dari lawan saat set pertama. Simon Santoso apakah karena ini pertandingan pertamanya di tahun ini sehingga belum terlalu in, namun perjuangannya dengan smash-smash keras mampu menjadi hiburan bagi semua yang datang apalagi para gadis belia.

Ada beberapa hal yang kusadari setelah melihat secara LIVE pertandingan bulutangkis tersebut. Pertama para atlit telah berusaha mati-matian dalam setiap pertandingan. Baik itu hasilnya kalah ataupun menang. Ternyata memang tidak seburuk cercaan saat teman-teman yang tidak menonton live. Kedua, penonton di Indonesia ternyata memang meiliki mental yang lemah. APalagi kalau pemainnya kalah dengan skor yang cukup jauh. Keadaan stadion akan sepi dan baru hura-hura kembali bila point kritis dan telah memimpin jauh. Terakhir, aku tidak kapok nonton live! Bahkan berkeinginan untuk nonton live lagi di Luar negeri (I WISH).

Jumat, 22 Maret 2013

Nyesek Itu...

Nyesek Itu...
Belom kelar sekeripsinya
Nyesek Itu...
Teman terdekat udah duluan wisuda
Nyesek Itu
Liat temen deket IPK cumlaude
Nyesek Itu
Belom pulang rumah 3 bulan
Nyesek Itu
Uang di dompet tinggal seribu
Nyesek Itu
Gak Ikut Temen angkatan liburan ke Pacet
Nyesek Itu
Masih dikantor jam 6 sore ini
Nyesek Itu
Nyesek Itu
Nyesek Itu
Aku dan hanya diriku saja saat ini dan seperti kemarin

Senin, 18 Maret 2013

When I Was Your Man - Bruno Mars

Same bed but it feels just a little bit bigger now
Our song on the radio but it don't sound the same 
When our friends talk about you, all it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your name
It all just sounds like oooooh… 

Mmm, too young, too dumb to realize 

That I should have bought you flowers
And held your hand 
Should have gave you all my hours 
When I had the chance 
Take you to every party 
Cause all you wanted to do was dance 
Now my baby's dancing 
But she's dancing with another man
 

My pride, my ego, my needs, and my selfish ways 
Caused a good strong woman like you to walk out my life 
Now I never, never get to clean up the mess I made, ohh…  
And it haunts me every time I close my eyes
It all just sounds like oooooh…  


Mmm, too young, too dumb to realize 
That I should have bought you flowers 
And held your hand  
Should have gave you all my hours 
When I had the chance 
Take you to every party 
Cause all you wanted to do was dance 
Now my baby's dancing 
But she's dancing with another man
 
Although it hurts  

I'll be the first to say that 
I was wrong 
Oh, I know I'm probably much too late 
To try and apologize for my mistakes  
But I just want you to know
 

I hope he buys you flowers 
I hope he holds your hand 
Give you all his hours 
When he has the chance 
Take you to every party 
Cause I remember how much you loved to dance 
Do all the things I should have done 
When I was your man 
Do all the things I should have done 
When I was your man

Jumat, 15 Maret 2013

Aku Harus Lulus (Secepatnya)

Hari ini aku menjalankan pertemuan seperti biasanya dengan Ayah. Pemberian uang kos, makan di karmen gang dua, dan sedikit perbincangan tentang keluarga dan masa depan. Dan seperti biasanya pula setiap setelah pertemuan tersebut aku menjadi terharu dan dan merasa malu pada diri sendiri. Aku melihat rambut Ayah yang terlihat putih dibalik topi yang beliau kenakan. Aku haru mendengarkan bagaimana beliau sangat membagakan aku sebagai anak yang di kuliahkannya, satu-satunya. Aku haru ketika beliau menanyakan padaku "awakmu agustus lak wis mari to?" dengan binar bahagia di mata beliau aku merasa dan sangat percaya bagaimana hari wisudaku itu sangat dinantinya. Oleh karenya aku sudah tak sanggup lagi untuk berlama-lama menyandang sebagai penerima donor dari orang tua. Aku ingin cepat lulus, dapat kerja dan dapat sedikit meringankan beban Ibuk dan Ayah. Aku ingin cepat kerja, itu saja. Karena aku sudah tidak tega melihat Ayah dan Ibu yang masih bekerja keras demin aku, satu-satunya anaknya yang beliau kirimkan jauh-jauh kuliah di Surabaya demi mengharumkan nama keluarga. Untukmu, Ayah dan Ibu hanya engakulah satu-satunya motivasi dan inspirasi untukku menyelesaikan skripsi ini.

Rabu, 13 Maret 2013

What's Ma Name

Namaku Adytya Erlangga Putra. Sekarang masih terhitung sebagai mahasiswa aktif Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya. Aku tergelitik dengan pembuatan postingan ini karena semakin kesini aku baru menyadari bahwa namaku memang mirip dengan nama tempat aku kuliah sekarang. Meskipun berbeda huruf AI dan E, namun bila dilantunkan keduanya sama. Intinya ialah Airlangga ataupun Erlangga. Namaku ini diberikan oleh Bulekku, aku tidak tahu maksud dan artinya apa. Yang jelas nama ini akan lebih kece daripada keinginan Ayah untuk menamaiku Subandono. Ya karena pada saat kelahiranku, ban truk yang dikendarai Ayah dicuri orang. Sehingga nama "simple" tersebut muncul dibenakku. Lagipula Ayah memang orang sederhana seperti ceritaku pada postingan sebelum-sebelumnya. Beranjak SD aku mulai menyadari namaku memang terlihat dan terdengar lebih catchy daripada temanku yang lain yang pada saat itu setiap anak laki-laki kebanyakan bernama depan Muhammad, sedangkan kalau Perempuan bernama depan Siti. Aku setapak lebih modern dari mereka untuk urusan nama. Namun saat kelas 6, guru Agama kami mencoba menjabarkan nama lengkap kami apakah ada bau-bau islaminya atau tidak. Dan sayang sekali seingatku namaku ialah satu-satunya nama yang tidak mengandung unsur tersebut. Karena setiap nama temanku pasti ada kata Muhammad, Siti, Ahmad, Nur, Sholeh, dll. Aku merasa menjadi yang tidak beriman diantara mereka.

Menginjak SMP, seperti setiap perkenalan pada umumnya aku menyebutkan namaku dengan lantang karena aku sangat percaya diri dengan nama yang keren dan oke tersebut. Namun sayang ketika ditanya artinya aku justru tidak tahu. Gurukulah yang malah menganalisa arti dan maksud namaku. Adytya, diambil dari kata Ditya yang menurut B.Jawa ialah artinya Buto/Raksasa/Giant. A merujuk pada sifat kebalikannya, sehingga Adytya berarti BUKAN Raksasa. Erlangga ialah nama Raja yang besar dan ternama di tanah Jawa. Putra merupakan anak laki-laki. Sehingga bila dirangkai ialah, Bukan Raksasa yang semena-mena tapi putra Raja yang agung dan bijaksana. Semenjak saat itu aku memegang teguh arti namaku tersebut. Yang berarti aku diharapkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana (layaknya doa setiap orangtua untuk anak-anaknya).

Menginjak masa perkuliahan entah kenapa aku memilih Universitas Airlangga (sudah pernah ku bahas juga bagaimana aku terdampar disini dengan pilihan yang tak akan pernah ku sesali). Tapi yang sangat aku ingat ialah bagaiamana dibagian akhir pendaftaran untuk tes jalur PMDK Japres, seorang Bapak bilang "lho mas Erlangga,, Unair nanti pasti akan senang kalo mas keterima disini". Aku hanya mengamini dan tersenyum semoga aku memang keterima disini. Alhamdulillah, seperti sekarang inilah hasilnya. Hari berganti, aku kembali menemukan perkataan yang sama dari petugas di Universitas ini. Mulai dari bagian pendidikan, keuangan, sampai yang terakhir tadi pagi ketika aku mengembalikan buku di perpustakaan. Semua menganggap Ayahku atau Ibuku "orang" Unair sehingga aku bisa masuk sini. Namun tentu hal tersebut tidak benar. Hanya saja memang orangtuaku akan selalu mendoakan aku agar memang masuk kesini. 

Sampai sekarang aku masih penasaran juga kenapa aku di Universitas Airlangga ini. Tapi semoga apa yang telah ku berikan selama ini cukup untuk dapat mempertahankan pamor Universitas ini. Ingatlah namaku untuk di kemudian hari.

Random, Ransom

“Pada akhirnya bukan kata-kata menyakitkan dari musuh yang selalu kita ingat, tapi diamnya para sahabat yang dulu mendukung kita. ”

― Martin Luther King, Jr.
 
Moving out from comfort zone. We are not follower. We are distinct. We are Strategist...
-VD-
kalimat diatas muncul dari home FB yang barusan aku buka. Status dua adik kelas, yang secara kebetulan ku baca dan menjadi pikiran. Quote pertama, aku merasa sedikit miris karena ini menyangkut persahabatan. Sama seperti postinganku terdahulu tentang kemarahan untuk sahabat. Posisiku tidaklah jauh berbeda dengan perkataan Martin Luther tersebut. Ada rasa kecewa terhadap sahabat tersebut sehingga aku masih malas untuk sekedar menegur sapa atau bahkan sampai bercengkerama seperti sedia kala. Aku memang seoarang cancer-ian yang sekali dikecewakan maka akan sulit untuk memaafkan. Apa salah dia? aku tidak tahu. Atau justru aku yang salah sepenuhnya. Namun aku merasa telah berusaha menjadi sahabat terbaiknya, hanya saja dia yang terlalu bisu dan tuli akan segala kesibukannya.
Kalimat kedua, hampir setiap orang berusaha untuk menjadi seperti itu. Keluar dari zona nyaman, distict, berbeda, dan bahkan strategis. Tak tahu lah apa mau orang-orang tersebut. Bukankah manusia memang diciptakan berbeda-beda? hanya saja pemikiran yang generalis membuat kita sama. Pola kehidupan menjebak kita untuk selalu pakem pada budaya. Setiap pertanyaan akan berakhir pada tanta tanya yang sama. Kuliah dimana? ngambil jurusan apa? itu kalau disaat kelas tiga SMA. Skripsimu sampai mana? Dospemmu enak gak? itu kalau sedang sibuk skripsi. Kerja dimana? Ngelamar kemana aja? itu kalau baru lulus dan belum dapat kerja. Kapan Nikah? kalau sudah lama membujang. Kapan punya anak? Gak pengen nambah adik? itu kalau sudah berkeluarga. Serta pertanyaan-pertanyaan lain yang akan selalu hadir di tengah ritualitas kesibukan sehari-hari kita.
This is Life, just like an ordinary machine that we used to make a yummy cookies. But it's still can be broken.

Selasa, 12 Maret 2013

Bunga Tidur

Selarut ini hingga hampir mencapai fajar aku terbangun. Ya mungkin karena jadwal tidurku yang kepagian karena aktifitas yang luar biasa di senin yang harpitnas tadi. Yang membuat tidak enak hati ialah mimpi yang ku alami. Aku salah seorang yan sangat memperhatikan setiap mimpi apa yang ku alami saat tidur. Bagi sebagian orang hal tersebut ialah bunga tidur yang memang menjadi efek dari aktifitas sehari-hari saja. Namun aku kadang berharap bahwa mimpi juga suatu saat akan menjadi realiti. 

Seseorang yang terbawa mimpi karena mungkin terlalu difikirkan atau malah sebaliknya. Yang tidak diduga-duga justru muncul. Namun cukup senang apabila dalam mimpi tersebut segala sesuatunya menjadi loncat-loncat namun tetap indah untuk dikenang. Itu kalau mimpi manis. Mimpi pahit, setidaknya ku alami saat tidur pada jam-jam magrib ataupun dari sore hari sampai jam tujuan. Sangat kelam dan membuat dada jadi sesak. Mungkin sugesti ku saja bahwa setiap tidur di jam-jam itu akan membuat mimpi yang ku alami menjadi buruk.

Ada apa sebenarnya di balik semua mimpi tersebut? Apakah merupakan sebuah pertanda A B C atau Z? Biarkanlah itu semua tetap ada dalam alam bawah sadar saat aku terlelap. Namun yang lebih penting ialah bagaimana dalam realitanya raga ini dapat melangkah pasti. Menapaki setiap elegi dengan kepercayaan diri bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. 

PS: Teruntuk kau yang telah hadir dalam setiap mimpi ini selama beberapa hari, mari kita berdamai demi kebaikan hati.

Kamis, 07 Maret 2013

Jendela-Jendela Dunia-Ku

Entah aku yang membutuhkannya atau memang unsur ketidak sengajaan semata. Setiap kali aku berada di ujung kelulusan ataupun untuk menutup lembaran baru kehidupan enuju lembaran kehidupan yang lain aku menemukan buku-buku yang sangat menyemangatiku disaat-saat penghabisan ini. Buku-buku yang menceritakan tentang pengalaman nyata seorang pejuang sejati untuk meraih mimpi. Aku menjadi sangat termotivasi dan lebih bersiap diri untuk menghadapi apa yang akan menjadi misteri di esok hari. Aku memang bukanlah tipe seseorang yang gemar membaca buku dan sering untuk membelinya. Namun dilain kesempatan aku selalu mencoba untuk tetap membaca buku walaupun hanya dengan status meminjam pada teman. Buku yang ku maksud ialah Sang Pemimpi  karya Andrea Hirata yang kubaca saat menjelang UAS SMA. Dan baru-baru ini aku membaca 9 Summers 10 Atutumns karya Iwan Setyawan. 2 Buku tersebut telah membawaku jauh kedalam dunia yang dipenuhi oleh orang-orang yang bekerja keras dan tak pernah takut untuk mewujudkan cita-cita mereka. Terimakasih terhadap setiap pihak yang telah meng"ada"kan buku-buku tersebut. Karena untuk ku ataupun anak lain di negeri ini sangat membutuhkan cerita nyata dari seorang pelaku yang tidak hanya tergambar maya namun memang benar-benar ada dan hadir di dunia.

Pertama ialah buku Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Aku membaca buku ini karena memang menjadi salah satu bagian dari novel epik Tetralogi Laskar Pelangi. Bukan berarti aku tidak suka dengan ketiga buku yang lain, namun aku merasa pada saat itu aku membaca buku pada saat yang benar-benar aku butuhkan untuk motivasi. Sang Pemimpi bercerita bagaimana Ikal yang tengah beranjak dewasa dan menempuh bangku SMA serta bagaimana perjuangan hidupnya untuk tetap bisa membiayai sekolah bahkan samapi berkelana ke dunia yang lain samudera. Aku tak ingin mereview banyak tentang buku ini, namun aku akan menyampaikan bagaimana setelah aku membaca buku tersebut aku memiliki keberanian untuk terus mengarungi samudera kehidupan. Pada saat itu aku dalam masa-masa terjahanam yang dialami oleh setiap siswa SMA di seluruh Indonesia. Kejamnya hawa UAS dan juga kompetisi untuk dapat masuk jalur PMDK di Universitas-Universitas terkemuka. Lewat buku ini aku merasa bahwa Impossible means I'm Possible. Aku menjadi lebih membuka mata bahwasanya kemiskinan bukan alasan untuk tidak mendapatkan pendidikan. Sehingga dari sinilah aku mulai berani merangkai segala mimpi, hasrat, dan keinginan untuk mempunyai cita-cita yang tinggi. Aku tak perduli apa kata temanku yang mengingatkan jangan berlebihan saat bermimpi, karena jika gagal dapat mencederai perasaan dan hati sampai setengah mati. Aku tak perduli, aku tetap berpegang pada buku Sang Pemimpi dan aku mulai dapat tersenyum setelah diterima di satu-satunya PMDK yang ku ikuti. Nilai spesial lain ialah aku juga lulus melengkapi teman-temanku lain yang juga berprestasi.

Setelah buku Sang Pemimpi aku membaca buku lain yang bercerita tentang motivasi. Salah satunya ialah Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Aku menjadi menguak kembali penyesalan kenapa dulu aku tidak dipondokkan saja seperti Alif, sehingga tidak hanya pintar ilmu dunia saja namun juga dapat membimbing ke jalan yang lebih mudah untuk ke kehidupan selanjutnya. Namun mungkin karena latar yang berbeda namun hal tersebut menjadi salah satu keinginanku aku merasa buku ini juga memberikan banyak pelajaran tentang hidup tentang perantauan, persahabatan serta perpondokkan.

Hari ini aku baru menyelesaikan buku dengan tema yang serupa, tentang motivasi, pengejaran sebuah mimpi, dan sebuah pengabdian untuk family. 9 Summers 10 Autumns karya Iwan Setyawan. Buku ini menjadi oase di tengah kegersanganku bergulat dengan skripsi. Menjadi lilin kecil untuk kembali mengingatkanku akan setiap anagn dan ambisi. Menjadi buah manis untuk kemasaman rasa rinduku pada Ayah dan Ibuk nun jauh disana. Namun dalam buku ini aku merasa bercermin pada diriku sendiri. Setiap kata yang ku eja dan setiap lembaran buku yang ku sibak membawaku jauh ke dalam setiap nostalgiku. Aku merasa ada di buku itu. Tokoh utama yang ada di buku tersebut ialah aku. Apalagi dalam hal kesengsaraan, keprihatinan, keuletan (mungkin juga prestasi walau tak sebanding) itu semua adalah ceritaku. Hanya saja Iwan sudah ke The Big Apple, aku belum (dan segera menyusul). Sungguh tiada kata lain untuk buku ini kecuali "Itu aku bangeet!". Anak seorang sopir, iya. Punya rumah yang kecil dihuni dengan banyak saudara, iya. Prestasi dari SD yang patut dibanggakan, (insyaAllah) iya. Aku seolah tinggal menunggu bahwa aku juga akan mengalami kesuksesan seperti sang penulis. Sungguh justru ada yang beda saat aku membaca buku ini karena aku tahu benar kemana setiap alur cerita akan bermuara. Bagaimana dengan segala kepahitan dan jerit payah yang akan mereka kunyah.

Sekali lagi terimakasih yang tiada terkira untuk penulis-penulis hebat diatas. Terimakasih untuk membuktikan bahwa kita tidak hanya saja berpasrah pada keadaan. Terimakasih untuk segala cerita sedih yang aku juga mengalami. Terimakasih! Ingin rasanya aku bertemu langsung dengan sang penulis (apalagi Iwan, karena bang A.Fuadi sudah pernah) untuk menceritakan kisah kami yang hampir mirip. Dan aku merasa aku juga akan bisa seperti mereka. Semoga, semoga dan semoga. Aku ingin tetap fokus atas semua tujuan ini. Aku segere membahagiakan dan membanggakan keluarga layaknya mereka juga, Sang Penggugah. Thank YOU!

Sabtu, 02 Maret 2013

Effortless

Karena skripsi sejatinya adalah sebuah magnum opus dimana setiap mahasiswa tingkat akhir yang sedang dalam penyelesaiannya harus bersungguh-sungguh dan mencurahkan setiap tenaga, pikiran, dan perasaan untuk menghasilkan karya yang tidak setengah-setengah. Namun sering pula dijumpai bahwa skripsi hanyalah syarat kelulusan yang sama dengan mata kuliah lain berbobot enam sks sehingga cukup dikerjakan semampunya. Sama seperti setiap mahasiswa tingkat akhir yang lain dimana mereka tersesat, terseret serta tertatih dalam penyelesaian tugas mulia ini, aku menjadi kumpulan para pekerja keras untuk menuntaskan studi akhir dan layak mengenakan toga di hari wisuda nanti. Nanti, bila saatnya sudah tepat. Nanti hingga aku tak dpaat berfikir jernih selain skripsi. Nanti hingga Pak VD menyindirku secara sarkas sehingga aku tahu diri. Skrispsi, aku tantang kau untuk satu bulan ini!