Sabtu, 19 Januari 2013

Heavy Rain VS Cold Brain

Saat ini Surabaya sedang diguyur hujan deras. Deras sekali hingga menghalangi niat Bapak Kos untuk pergi sholat berjamaah layaknya di hari biasa. Deras sekali hingga percikan air mampu menembus kamar kos melalui celah ventilasi. Semoga dibalik hujan yang deras ini tersimpan hikmah dan anugerahNya. Banyak orang berkata bahwa hujan ialah salah satu momen dimana setiap doa kita akan diijabahi. Percaya atau tidak, yang jelas saat ini ku lantunkan doaku untuk kesehatan kedua orangtuaku. Tuhan, bahagiakan mereka sepertiku atau bahkan biarkanlah mereka merasa lebih bahagia dari aku. Doa kedua ialah semoga teman-temanku entah mereka dimanapun berada juga dalam perlindunganmu. Yang KKN, yang liburan, yang malam mingguan, yang rumahnya kebanjiran, semuanya. Dan terakhir, berikanlah aku kekuatan untuk tetap semangat mengerjakan skripsi yang telah lama ku abaikan. (Amiiin...)

Salah seorang teman berkata bahwa disaat hujan deras seperti ini tempat yang paling dia ingat ialah rumah. Karena dirumah, sederas apapun hujan ataupun sekeras apapun halilintar yang menyambar dia masih merasa nyaman karena berada disekeliling orangtua yang sabar. Kalau aku, dimanapun hujannya yang ada difikiranku ialah kapan selesainya? karena biasanya disaat hujan aku pasti lapar, dan membutuhkan abang tukang nasi goreng atau tahu tek yang lewat agar ada makanan yang menjadi santapan. Tapi dibalik semua masalah perut tadi, aku pasti mengucap doa untuk semua orang yang ku sayang. Orangtua pasti, sahabat juga, saudara dan handai taulan iya, dan siapapun itu yang ada disana.

Sebenarnya suasana yang membuatku teringat rumah ialah saat menjelang adzan magrib. Dimana langit tampak abu-abu, semua orang terlihat sibuk untuk pulang kerumah, jalanan padat merayap serta awan tampak kelabu dihiasi oleh kicauan burung yang merdu. Disaat itulah aku merasa sangat sangat ingin berada di rumah. Sesederhana apapun rumah itu setiap orang mendambakan untuk memilikinya. Bahkan ada beberapa orang yang tidak bisa tidur kalau tidak ada dirumah mereka sendiri. Rumah oh rumah.

Dengan kondisi rumah yang nyaman itu aku dibangun untuk menjadi seorang yang rumahan. Dalam artian aku tidak suka kemana-mana, lebih enak dikamar, nonton TV, dan tidak perduli dengan segala sesuatu diluar. Aku pun jarang mengunjungi kota-kota yang seperti ayahku pernah jelajahi. Pekerjaan beliau menuntut agar beliau hanya bisa mampir rumah seminggu sekali. Adik ku pun lebih berpengalaman dan berpengetahuan dalam urusan rute-rute perjalanan. Kakakku, sempat dan pernah pula berpetualang karena dulu menjadi agen HP untuk dijual. Sedangkan aku? Hanya beberapa kota saja yang pernah kukunjungi. Untuk saat ini aku merasa menyesal kenapa aku tidak pula turut berpetualang layaknya kakak dan adikku. Namun disatu pihak aku menyadari bahwa aku bukanlah orang yang suka jalan-jalan dan mengeksplore tempat-tempat baru. Sekarang ini baru muncul keinginanku untuk berpetualang. Tapi hanya sebatas ingin dan tak ada usaha untuk terjun kesana.

Dari kecil memang aku seduh menerima dimana au berada. Aku tidak terlalu menuntut untuk kemana-mana. Mungkin hanya keinginan untuk bisa melihat salju layaknya orang-orang yang tinggal di Negara tropis pada umumnya. Rembang-Gresik-Surabaya-Malang hanya empat nama kota tersebut yang ku hawal arah jalannya. Selebihnya aku tidak pernah kemana-mana. Kecuali ikut karya wisata bersama teman SD ke Baturaden dan Goa Jatijajar. Bersama teman SMP ke Bandung dan sekitarnya. Bahkan saat SMA saat ada karya wisata ke Pulau Dewata aku tidak berminat, karena selain faktor biaya ternyata teman-teman se Gank juga tidak banyak yang ikut. Semarangpun aku tidak akan pernah kesana jikalau aku tidak ikut lomba ataupun ujian masuk UNES. Jogja dan Jakarta katanya aku pernah kesana saat usiaku masih belia. Dari foto-foto yang ada dirumah, memang tampaknya aku belum bisa mengingat apa-apa saat itu.

So, bagaimana selanjutnya? Memang aku punya rencana ke beberapa tempat. Namun hanya rencana saja, karena ku pikir-pikir tak selamanya bertravelista itu bahagia, aku justru lebih bahagia bila berada dirumah. Makan indomi goreng, liat TV, tidur, ketemu Ibu dan Ayah... sudah. Aku merasa bahwa memang bahagia itu sederhana. Mungkin keinginanku untuk travelicious hanyalah sebatas kepingin saja, bukan tipeku untuk berpetualang. Karena menurutku dengan aku keluar dari Rembang, ini saja sudah keputusan untuk berpetualang. So, gak usah aneh-aneh dengan pengen ke Semeru atau ke Rajaampat!!! Bahagia itu sederhana dan bahagia itu ada dirumah :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar