Rabu, 06 Februari 2013

Dada Seluas Samudera

Bumi ini dua pertiganya ialah lautan. Daratn hanya sepertiga bagian saja.Oleh karenanya bisa dibayangkan bagaimana luasnya samudera yang ada di bumi. Banyak istilah yang menjadikan samudera sebagai kata komparasinya. Di judul tulisan ini aku mengambil Dada Seluas Samudera, karena tadi pembicaraanku dengan seorang teman kantor sedikit membahas tentang hal ini.

Begitu luasnya bumi sehingga disana pun dipenuhi oleh berbagai macam tipe manusia. Mereka berbeda secara ras, agama, bahasa dan hampir setiap orang satu dengan yang lain tidak bisa disamakan meskipun dia kembar. Aku masih penasaran apakah benar di luar sana ada kembaranku yang lain. Atau paling tidak seseorang yang hampir mirip denganku baik secara rupa ataupun kasta. Kasta, aku lebih memilihnya karena di jaman ini ternyata masih banyak perbedaan antara si A dan si B, seolah ada anak tangga yang dinaiki oleh kasta yang berbeda. Aku lebih memilih kasta diantara. Diantara yang baik dan yang benar, yang tinggi dan yang rendah, yang kaya dan tidak punya. Diantara ini merupakan pilihan oportunis sepertiku yang menginginkan lebih luwes ditempatkan dimana saja. Tapi aku tidak semurninya diantara, aku merasa merangkak dari yang rendah dan mencoba naik ke yang lebih tinggi. Namun ketika di tengah aku merasa bimbang. Bimbang untuk mendongak ke atas menatap setiap orang yang berada diatas, entah dalam urusan ragawi, jiwa, ataupun harta. Namun aku terkadang juga menunduk untuk menyaksikan mereka yang lebih diatasku secara semangat, ambisi, dan mimpi.

Aku juga merasa diantara karena berada di tengah luasnya samudera. Samudera yang Nampak tenang di permukaannya namun sangat tajam arus yang dibawanya untuk dapat menyeretku ke lubang hitam terkelam di dunia. Aku belum paham bagaimana bisa seseorang memiliki dada seluas samudera. Aku belum paham atas apa yang naga arahkan untuk segala hal ke depannya. Aku belum paham mengapa setiap orang tua mengajarkan anaknya agar kaya. Aku belum paham dimana aku akan berada setelah diantara. Aku hanya paham bahwa aku masih berpura-pura bahagia mengarungi samudera untuk tempatku bertambat ke daratan yang mengerti apa kemauan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar