Jumat, 01 Februari 2013

“Bukan Berpisah, namun Berpindah…”




Satu kalimat tersebut yang kuingat sekali saat Prof Tjip menyampaikan sepatah dan dua patah kata beliau untuk melepas dua orang Mbak, teman, sahabat, bahkan mungkin bisa ku anggap Ibu selama aku berkecimpung dan berkarir di kantor International Office and Partnership (IOP) Universitas Airlangga. Hari ini 1 Februari menandakan “perpindahan” mereka untuk tidak lagi bersama kami di IOP. Aku mungkin hanya lima bulan mengenal mbak-mbak tersebut, tetapi dari lima bulan tersebut aku sudah mendapatkan segudang ilmu, pengalaman, dan pelajaran yang sangat berarti untukku. Tulisan ini hadir untuk mengapresiasi kerja keras mereka serta dedikasi dan tanggunjawab mereka yang tiada tara.

Mbak Fidya Safitri Aulani

Keputusannya meninggalkan kantor dikarenakan alasan yang sangat mencerminkan bahwa dia ialah perempuan yang solehah. Demi mengurus suami dan calon anak tercinta, dia merelakan karir yang telah dia bangun di IOP ini selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Mbak Fidya yang selama dikantor mengajariku untuk tetap ramah dan friendly terhadap siapa saja. Sekalipun itu dalam hal mengangkat telepon. Mbak Fidya yang selalu menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya serta selalu mempunyai harapan dan cita-cita untuk sang baby. Mbak Fid dengan kondisinya yang telah hamil “tua” namun masih semangat bekerja dan senantiasa memiliki cara untuk tetap membuat kantor terasa seperti rumah dan hampir disebut sebagai keluarga. Dengan segala macam urusan logistik, mulai dari nelpon intisari, SPJ sana-sini, belanja bulanan, ribetnya MoU Amerop semua dia jalani dengan jungkir balik dan segala susah riangnya. Aku mungkin tidak tahu dan tidak merasakan beratnya baby yang ada di perutnya, namun dari situ aku paham dan semakin menghargai bagaimana perjuangan Ibu di seluruh dunia dalam menjaga dan merawat titipanNya. So, Mbak Fid semoga segala proses persalinanmu lancar dan apa yang akan terjadi di hari esok akan lebih berkesan dan membahagiakanmu bagimu, Mas Najib, dan anak-anakmu.

Mbak Dewi Sartika

Lain cerita dengan mbak yang ini. Mbak Dewi pergi namun aku rasa pasti akan kembali ke kantor kami. Dia akan melanjutkan study ke Monash University (Melbourne, Australia) selama kurang lebih dua tahun. Namun tetap saja bagi kami cukup ganjal merasakan kepergiannya. Yang menarik mungkin ialah bahwa kami berasal dari daerah yang sama, Rembang. Kecamatan yang kami tinggali pun bersebelahan. Dan sepertinya dunia ini begitu sempit, sehingga kerabat dari Mbak Dewi ialah teman dekat pula kakakku. Mungkin dari sanalah mulai terjalin kenyambungan diantara kami. Mbak Dewi lah yang dengan tegasnya menutor ku sehingga aku akhirnya tahu rute UA – Juanda dengan motor. Yang membantu dan menemaniku dalam membuat passport. Yang selalu arguing denganku hampir dalam setiap hal. Namun dibalik itu semua aku merasa bahwa Mbak Dewi layak dijadikan panutan, bagaimana aku yang dari desa dan in the middle of nowhere untuk tetap gigih berjuang dalam meraih kesuksesan. Bukti bahwa sebuah mimpi tidak terhalangi oleh ribetnya birokrasi. Sampai berjumpa kembali Mbak Dewi, semoga kuliahmu lancar, punya banyak teman, dan pastinya segera temukan pendampingmu untuk mejeng di pelaminan.

Mungkin hanya sedikit cerita diatas yang bisa ku bagi tentang Mbak-Mbak yang mengayomiku selama ini. Tapi percayalah bahwa lima bulan aku bersama kalian banyak kenangan yang tak terlupakan. Apalah arti berderet-deret kalimat disini, yang terpenting segala perhatian, tutur pelajaran, dan sharing pengalaman yang kalian bagikan akan selalu terpatri di hati dan sanubari. Terimakasih untuk segala sesuatunya. Maafkeun segala ke annoying-aku, ke rewelanku, dan apapun itu yang kulakukan yang menyakiti perasaan dan membuat jengkel mbak-mbak sekalian. Itu semua ada yang sengaja namun ada pula yang tidak. Sukses untuk semuanya, doa dan semangat kalian ku tunggu dalam melanjutkan kinerja IOP ke depan yang telah kalian bebankan.

Salam Cool Calm and Confidence
Dan jangan banyak-banyak makan fastfood seperti kata Prof Tjip.
Cheers!!!


2 komentar:

  1. Angga, ayo belajar membedakan penggunaan "di" sebagai kata depan dan imbuhan. :)

    BalasHapus
  2. "segera temukan pendampingmu untuk mejeng di pelaminan." 대박! 하하

    BalasHapus