Senin, 04 Agustus 2014

Yang Udik Yang Mudik

Sebelumnya saya ucapkan Minal Aidin Wal Faizin pada semua pembaca. Masih menyambut suasana Idul Fitri, postingan ini hadir untuk lagi-lagi bercerita tentang pengalaman pribadi saya dan dari sudut saya. Tanpa bermaksud untuk menyudutkan atau meremehkan pihak lain (Merasa terlalu provokatif dengan judul).

Jadi tahun ini saya mudik. Ke Rembang tentunya. Ini merupakan kedua kali saya merasakan menjadi salah seorang pemudik, dalam hal bukan sebagai mahasiswa. Jadi dalam pandangan saya, mudik itu harus ada membawa sesuatu untuk orang yang dirumah. Kalau mahasiswa kan statusnya pulang kampung dan belum bisa membawa apa-apa. Lumayan bangga juga sih, karena tahun kedua mampu memberikan sedikit kepada orangtua, adik, keponakan dan handai tolan. Bahkan lebih kerasa lagi mudiknya dengan memakai motor dan menempuh tiga jam perjalanan plus printilan yang harus dibawa. Mudik yang "udik" banget memang. Dengan membonceng Ibu, mengarungi jalanan Pantura dengan segenap buah tangan yang tak layak aslinya bila diabaikan. Sehingga mudik tahun ini memang lebih kerasa karena akhirnya saya sama seperti pemudik khususnya yang beroda dua yang membawa barang berbusa-busa dan menempuh jarak yang melunglaikan raga.

Yang unik menurut saya, pun dijaman kemajuan teknologi informasi sekarang ini ritual mudik masih dan bahkan harus tetap dijalankan oleh setiap perantauan. Kalau alasannya untuk menjalin silaturahmi, HP sudah cukup mewakili dengan setiap layanannya. Namun yang mejadi khas dari mudik ialah, menurut saya hal ini juga dilambangkan dengan kesuksesan. Sukses karir dan dari segala jerih payah yang mampu dibanggakan di kam pung halaman. Pun hal ini dimaksudkan positif bahwa dengan setahun bekerja keras setidaknya pencapaian yang telah diraih laik untuk dikabarkan kepada handai taulan di kampung. Pun menurut data statistik yang saya baca bahwa setiap tahun jumlah pemudik semakin bertambah. Ya, menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang terus bertambah, ya memang arus pertumbuhan urbanisasi semakin membara, ya bahkan bisa dikatakan kondisi ekonomi di Indonesia semakin memungkinkan masyarakatnya untuk bisa kembali ke rumah dengan segenap rejeki yang diraihnya. Sehingga semakin sedikit Bang Toyib yang tak pulang tiga kali puasa tiga kali lebaran. Karena Bang Toyib bisa pulang setahun sekali.

Selain mudik untuk menemui handai taulan, yang tidak kalah menarik ialah Reuni di setiap perayaan idul fitri. Memang mungkin ini bukan satu-satunya waktu yang bisa dijadikan alasan untuk berkumpul, namun memang kembali lagi momen lebaran merupakan yang paling ramai untuk berkumpul sejumlah kawan lawas. Bagi saya yang anaknya hiperaktif di segala bidang, idul fitri yang libur tujuh hari rasanya masih kurang untuk menemui setiap kawan. Hari pertama kedua saya manfaatkan untuk keluarga. Hari ketiga untuk teman sekelas saat SMA, hari keempat kembali untuk keluarga yang berkunjung ke rumah, hari kelima masih untuk teman SMA yang sisanya, hari keenam untuk sahabat terdekat, bahkan sampai hari ketujuh masih ada untuk teman-teman pramuka (disempetin karena bertemu mantan terindah). Pun saya masih belum bisa mengunjungi atau bertemu dengan teman SMP atau teman kos semasa SMA. Well, memang rasanya kurang terus. Saya sih bangga dengan pencapaian saya menjadi anak yang punya banyak teman, bersosialisasi disana-sini. Bahkan Ibu dan Ayah juga tak jarang geleng kepala anaknya malah jarang di rumah. Namun sekali lagi ini memang momen untuk kembali ke fitri, selain itu juga momen untuk memperkuat tali silaturahmi. Saya tipikal orang yang menjunjung tinggi nilai silaturahmi tersebut, namun pabila ada yang saya blacklist dari lingkaran kehidupan saya ya berarti orang tersebut memang sudah keterlaluan, saya sih masih berusaha menjadi manusia pemaaf. Ya mereka yang saya blacklist saya maafkan. Tapi untuk kembali dekat dengan saya rasanya masih mikir-mikir lagi.

Sekali lagi selamat hari raya, meskipun  libur sudah tiada mari kembali bekerja. Semangat untuk kesempatan-kesempatan berikutnya. Demi mudik yang lebih terdidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar