2015 tinggal menunggu hitungan jam. 2014 akan segera berlalu, kalender pun tinggal menyisakan satu lembar. Berbagai macam rencana perayaan pergantian tahun baru pun telah tersusun. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya aku menyusun rencana untuk tahun depan. Tahun ini merupakan tahun yang ku jadikan salah satu milestone, mari aku ulas sedikit. Yang paling hingar bingar ialah Sidang Skripsi di bulan Januari, Wisuda bulan Maret. Seminggu kemudian kerja di salah satu bagian pemerintahan kota terbesar kedua di negeri ini. Di luar ekspektasi memang, namun semuanya terjadi begitu cepat dan bisa dibilang tepat. Syukur sudah pasti ku panjatkan dan wajib hukumnya. Hal yang paling menggembirakan yang lain ialah bak mendapat durian runtuh kemudian bisa terbang cuss ke Korea. Tanpa mimpi dan di waktu yang cepat pun tepat. Jadi bila dirangkum kaleidoskop tahun 2014 ini begitu penuh dengan kejutan. Pun demikian sebagai manusia yang lemah maafkan aku masih harus mengeluh. Yang paling membuatku penasaran ialah Kapan aku bisa berkarir di Jakarta? Silly banget yak, hahahahaha. Ya itu PR terbesarku.
Baiklah berikut wish list ku di tahun depan:
Skala prioritas:
- Pasang Behel
Jadi bukan rahasia lagi kalo aku punya tooth gap. Udah lama pengen banget masang, tapi ya karena masang kawat gigi gak semurah masang kawat anthena ya harus nabung dulu. Kemudian alasan lain ialah takut dan lebih ke malu sih kalo ke dokter gigi. Gigi ku ini bukan tumpuk-tumpuk tapi malah jarak antar spasi nya yang kelebihan. Mungkin make double space bukan 1,5 line. Semoga saja sebelum puasaan sudah bisa pasang. Karena bisa membayangkan betapa sakitnya pake kawat, dan kenapa sebelum puasa karena biar jadwal makan gak terganggu. Pengalaman cerita dari teman dan ini nyata bahwa setiap yang pasang behel satu sampe dua bulan kemudian bobot badannya turun drastis. Gegara behel!
- Liburan ke Malaysia or Singapore
Ini sih aslinya juga butuh tabungan yang lebih ya, tapi sudah ku tanamkan dalam-dalam setidaknya setaun sekali boleh lah mencoba suasana baru. Negara baru, mumpung passport belum hangus juga. Keliling ASEAN dulu lah minimal. Kan mau ada AEC (ASEAN Economic Community). Jadi ya sapa tau dapet rejeki lebih. *crossfinger
Investasi Jangka Panjang:
- Lebih Rajin Sholat, 3 S (Sabar, senyum dan semangat), Bisa Ngasih Lebih ke Orangtua.
Sudah sadar umur semakin bertambah, kalo yang diatas urusan duniawi marilah kita pikirkan urusan pasca dunia. Sholat tiang agama. Ya memang aku sendiri bukan sosok alim yang sampe item jidatnya. Tapi setidaknya memperbaiki sikap dan mendekatkan diri pada sang pencipta juga wajib toh. Biar semakin tau apa makna dan guna manusia diciptakan di dunia.
Skala nothing to lose:
-Punya Pacar
Nah kalo yang bagian ini iseng-iseng aja. Karena kapan hari si Ayah menanyakan siapa pacar anaknya ini. well, padahal aku bukan tipe anak yang punya pacar cuma diajak menye-menye. Tapi kan udah saatnya mempersiapkan ke jenjang yang lebih serius. Jadi ya harus dipersiapkan juga lah sedini mungkin. Dalam artian seleksi pendamping hidup yang memang sehati bukan hanya menuruti birahi.
-Dapet Kerja Penempatan di Luar Surabaya
Ini sih udah classic. Udah dri resolusi taun kemaren tapi belum kesampaian. Tapi tentu dalam hati ini sangat pengen punya pengalaman baru, teman baru, dan juga wilayah baru yang ingin di ekspansi.
Thats all. Wish nothing but the best, 2015 please make more surprise for me.
Selasa, 30 Desember 2014
Kamis, 18 Desember 2014
Kapal Yang Berlabuh
Halo blog. Rasanya lumayan lama gak nulis-nulis disini. Padahal banyak sekali kejadian yang sudah ku alami. Seperti hari ini. Aku memberanikan diri untuk mengundurkan diri dari kantor yang dulu. Setelah melewati pergolakan batin yang berhari-hari. Semoga keputusan ku tidak gegabah. Pun kalau terjadi sesuatu aku sudah siap menanggung semuanya. Insyaallah. Bismillah, terhitung sejak Januari tahun depan aku ada di kantor baru, jenis pekerjaan baru, dan bertemu dengan rekan kerja baru. harus memulai semua dari nol. Harus kembali menjadi gelas kosong untuk ilmu dan pengalaman yang akan ku songsong. Aku membanting arah tujuan karir ke bidang swasta. Mungkin aku sudah lelah dengan jelimetnya birokrasi pemerintah. Yang paling mungkin aku sudah cukup menahan kesendirian mengelola sebuah rumah yang punya tujuan mulia dalam hal pembelajaran bahasa.
Dengan penuh derai air mata aku mengucapkan perpisahan pada para ibu-ibu dan bapak-bapak di bagian kerjasama. Aku sudah tau bahwa ini berat, aku yakin aku akan terisak mengenang semua kenangan dan kebaikan mereka. tapi keputusan sudah terambil. Aku menyerah oleh rasa lelah. Aku angkat tangan pada keadaan. Aku merasa pekerjaan yang sebelumnya memberiku dua rumah. Rumah yang satu yang dibangun dan dihiasi oleh keindahan kebersamaan dan canda tawa. Rumah kedua ialah sebuah rumah baru yang harus dibangun untuk kepentingan masyarakat banyak, msih sangat terbatas sumber dayanya dan saya sebagai arsitek harus merangkap dua tiga jobdesk untuk dapat menegakkan puing-puing rumah ini. Saya mengaku belum bisa membangun rumah kedua ini seperti yang diinginkan, dengan segala keterbatasan saya membutuhkan banyak bala bantuan. Tapi saya rasa sembilan bulan ini dengan segala cara saya sudah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk membawa rumah ini bisa menjadi salah satu prestasi saya. Tapi saya menyerah dan baik batin maupun raga saya sudah merasa cukup untuk ini semua.
Tempat yang akan aku tuju berikutnya merupakan sebuah tempat baru. Bergerak dibidang jasa pelayaran. Benar, pelayaran dan kapal. Mungkin dua hal tersebut yang membuat saya tertarik terjun di dunia baru. Apalagi lingkupnya sudah export import. Ada apa dengan kapal? bukan Ada apa dengan Cinta? atau memang "cinta" saya terkait dengan "kapal". Terlalu silly untuk menghubungkan semua itu. tapi kalaupun sekian persennya benar, berarti saya telah ingkar pada moto di LINE saya sendiri tentang "Chase dream, not People". Aku justru menyerah pada "Cinta" dan mengabaikan "cita-cita". Kalau boleh mengutip lagu Sherina Telah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku (Simfoni Hitam).
Sudah banyak saya mendengarkan pertanyaan kenapa mau pindah. Banyak yang menyesalkan pula keputusan saya. namun selagi saya masih muda, saya ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Saya ingin banyak belajar lagi dan terus belajar. Bersifat untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan. Dan yang paling penting ialah apa yang sebenarnya ingin kejar di dunia ini. Karena dunia begitu luas, saya sudah keluar dari zona nyaman saya. Semoga bermanfaat dan doakan saya agar selalu sehat dan giat. Aku mengharapkan mendapatkan banyak pengalaman terutama dalam hal lingkungan dan etos kerja. Aku sudah sangat penasaran untuk membandingkan perbedaan di swasta yang terkenal profesional dengan di birokrasi yang terikat oleh hirarki.
Dengan penuh derai air mata aku mengucapkan perpisahan pada para ibu-ibu dan bapak-bapak di bagian kerjasama. Aku sudah tau bahwa ini berat, aku yakin aku akan terisak mengenang semua kenangan dan kebaikan mereka. tapi keputusan sudah terambil. Aku menyerah oleh rasa lelah. Aku angkat tangan pada keadaan. Aku merasa pekerjaan yang sebelumnya memberiku dua rumah. Rumah yang satu yang dibangun dan dihiasi oleh keindahan kebersamaan dan canda tawa. Rumah kedua ialah sebuah rumah baru yang harus dibangun untuk kepentingan masyarakat banyak, msih sangat terbatas sumber dayanya dan saya sebagai arsitek harus merangkap dua tiga jobdesk untuk dapat menegakkan puing-puing rumah ini. Saya mengaku belum bisa membangun rumah kedua ini seperti yang diinginkan, dengan segala keterbatasan saya membutuhkan banyak bala bantuan. Tapi saya rasa sembilan bulan ini dengan segala cara saya sudah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk membawa rumah ini bisa menjadi salah satu prestasi saya. Tapi saya menyerah dan baik batin maupun raga saya sudah merasa cukup untuk ini semua.
Tempat yang akan aku tuju berikutnya merupakan sebuah tempat baru. Bergerak dibidang jasa pelayaran. Benar, pelayaran dan kapal. Mungkin dua hal tersebut yang membuat saya tertarik terjun di dunia baru. Apalagi lingkupnya sudah export import. Ada apa dengan kapal? bukan Ada apa dengan Cinta? atau memang "cinta" saya terkait dengan "kapal". Terlalu silly untuk menghubungkan semua itu. tapi kalaupun sekian persennya benar, berarti saya telah ingkar pada moto di LINE saya sendiri tentang "Chase dream, not People". Aku justru menyerah pada "Cinta" dan mengabaikan "cita-cita". Kalau boleh mengutip lagu Sherina Telah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku (Simfoni Hitam).
Sudah banyak saya mendengarkan pertanyaan kenapa mau pindah. Banyak yang menyesalkan pula keputusan saya. namun selagi saya masih muda, saya ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Saya ingin banyak belajar lagi dan terus belajar. Bersifat untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan. Dan yang paling penting ialah apa yang sebenarnya ingin kejar di dunia ini. Karena dunia begitu luas, saya sudah keluar dari zona nyaman saya. Semoga bermanfaat dan doakan saya agar selalu sehat dan giat. Aku mengharapkan mendapatkan banyak pengalaman terutama dalam hal lingkungan dan etos kerja. Aku sudah sangat penasaran untuk membandingkan perbedaan di swasta yang terkenal profesional dengan di birokrasi yang terikat oleh hirarki.
Langganan:
Postingan (Atom)