Senin, 14 April 2014

Senin Hening

Memasuki minggu ketiga saya bergabung sebagai staf di kantor pemerintahan ini. Rasanya ada yang menghambat ada juga yang ingin dicapai. Entah karena apa sepertinya berasa di persimpangan jalan. Masih bingung menentukan sikap harus menjalani ini seperti apa. Sekilas tentang kinerja saya disini, pekerjaan yang ada tidak terlalu berat, bahkan terbilang santai. Hanya rumpik saja untuk mengontrol Rumah Bahasa dan para tutornya. Selebihnya so far so good, tapi kadang bahkan sering ngantuk adanya. Bapak dan Ibuk disini sudah layaknya Ayah dan Ibuk saya bahkan seperti Om dan Tante saya. Rada gak nyambung dengan perbincangan urusan rumah tangga mereka atau persoalan yang saya sendiri tidak berani ikut campur. Kemudian saya juga masih menahan diri untuk beradaptasi lebih jauh.

Saya masih jaim, berucap hanya seperlunya saja. Menyapa mereka yang memang saya kenal saja. Saya tidak mau terlalu ramah atau terlalu sok dekat dengan mereka yang ada disini. Satu yang penting, saya terkesan takut dan menahan diri untuk jatuh hati pada kantor ini. Tapi saya yang salah. Keputusan bergabung dengan kantor ini hanya karena persoalan sialan di kantor lama yang hanya dengan orang-orang itu saja. Namun saya sudah tidak betah dan mau tak mau memang harus segera meninggalkan tempat yang dulu. Tapi yang membuat ragu justru ketika saya sudah bergabung disini, banyak tawaran dan penggambaran bahwa saya bisa lama kerja disini atau bahkan menjadi pekerja tetap. Tapi... saya merasa feel saya masih belum disini. Sebenarnya berapa bulan normalnya seseorang bisa beradaptasi dengan lingkungan kerjanya? Rasanay disini saya lempeng-lempeng saja. Tak ada hasrat lebih untuk mencapai karir yang mapan di kantor ini. Masih ada cita-cita lain yang ingin saya rengkuh dan saya disini malah terbilang angkuh.

Bersyukur adalah PR besar bagi saya untuk menghadapi semua ini. Saya terlalu menggerutu ingin ini itu tanpa pertimbangan bagaimana rasa syukur itu harusnya tumbuh. Tuhan selalu ada dan selalu mendengar umatnya. Maka maaf jika saya rempong minta ini itu. Tapi sungguh saya mungkin masih dalam masa transisi antara iya dan tidak untuk melanjutkan semua ini. Saya percaya pada doa Ibu yang selalu menyelimuti dan kerja keras Ayah yang selama ini menaungi. Bismillah, semuanya akan baik-baik saja. Saya hanya manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar