Entah kenapa, kebahagiaan saya selalu berada di tengah-tengah mereka. Selalu terasa riang walaupun bertemu di teriknya siang. Selalu menghangatkan meskipun berkumpul di kota jauh dari lautan. Saya selalu lepas, terbahak, sampai bersorak bila bertemu mereka. Pun bahasannya sekitar perjalanan yang lalu, namun selalu saja tertawa untuk hal yang kami anggap tak lucu. Hanya sebagian kecil kami bisa membahas soal masa depan yang terasa masih di angan, dan curhatan tentang kerjaan kantoran terasa malah menjemukan.
Minggu ini saya ke Jakarta, untuk turut merayakan wisuda salah seorang sahabat saya. Naik kereta ekonomi dari Surabaya jam 21.00 dan sampai di stasiun Senen jam 9 paginya. Setelah bersih diri dan agak berleha-leha, saya lanjut ke stasiun ke godangdia dengan tujuan stasiun pondok cina. Tempat sahabat saya S2 di Universitas Indonesia. Saya bersama dua kawan karib yang lain. Awalnya bingung datang dengan tangan hampa tapi ternyata di stasiun Pocin telah banyak yang menjual bunga. Setelah beberapa kali telpon dan video call menanya arah akhirnya kami bersua dengan sang penerima gelar. Affan menerima gelar master of management, sedangkan Apsari menerima gelar master of science untuk S2 nya di pasca sarjana jurusan studi kawasan eropa. Senang jelas, foto dengan pemakai toga pasti, salim dengan orang tua mereka juga kudu.
Kebaikan lain muncul ketika ortu Apsari mengajak makan ke derah Cibubur. Ini pertama kalinya saya ke Cibubur, setelah itu pulang ke rumah Apsari di Bogor, habis magrib kami kongkow di daerah Sentul. Dan saya menginap di rumah Affan di daerah BSD Tangerang. Perjalanan yang sangat wow menurut saya. Mengejar krl dari Bogor ke Tanah Abang, oper lagi dari Tanah Abang ke Rawa Buntu (tempat affan menjemput saya di dekat rumahnya)
Saya sampai di rumah Affan jam 1 dini hari. (Setelah melewati perjalanan kereta dengan jadwal paling akhir). Saya bangun jam 8 pagi, salim dengan kedua orang tuanya, mandi dan sarapan. Berbincang sebentar dan jam 10 pamit pulang. Kereta saya dari senen jam 2 siang. Saya merasa menjadi tamu eksklusif atau lebih tepatnya tak tahu diri.
Saya sampai di senen jam 12 siang. Tapi ada janji lagi dengan kawan yang lain, imaroh kawan saya saat magang dulu dan helmy kawan saya sma yang menjadi persinggahan saya bila ke jakarta (selain rumah affan). Kami janjian di epicentrum dan dengan pertemuan dan perbincangan singkat. Ada pula teman saya fika yang sekarang se kantor dengan Helmi. Dengan terburu-buru saya kembali ke senen jam setengah dua. Pamitan secepat kilat ke helmi dan fika yang mengantar. Kembali aku menjadi sosok ekslusifyang hadir di kehidupan mereka hanya untuk makan siang bersama.
Well, lesson learned nya ialah saya merasa sangat sangat bahagia memiliki mereka. Jakarta yang katanya begitu megah, terasa nyaman dan hanya sejengkal saja bila bersama para sahabat. Oh iya, bahkan perjalanan kali ini saya minus bertemu dengan sahabat karib lainnya (sebut saja malinda, handy, salman, sinta, fellin, gerry) tapi mengingat hanya dua hari saja saya di ibukota rasanya hanya satu jam saja bila harus berbagi. Kembali lagi bahwa kebahagiaan saya sangat sederhana, berkumpul dan berbincang dengan para sahabat setia. Apabila tempat yang kami pilih fancy dan intagram-abke itu hanya bonus. I'm so blessed to be surroundibg by generous people very down to earth and they always by my side. Itulah alasannya saya selalu siap apabila mereka membutuhkan kehadiran mereka, tak hanya di hari bahagia pun ketika mereka sedang berduka.
There is wood ship and good ship. The ship that sailing to the sea, but only friendship that I'll keep on my heart and mind wherever and whenever my self will be sailing
Salut Ngga!
BalasHapus