Senin, 03 November 2014

Speak Up!

Kemarin sempat ketemu dengan teman yang bisa meramal dengan Oracle. Baru tau pertama kali juga, setelah ada ramalan2 kartu biasa, palmistry, tarot, dan yang ini memang baru. Tapi intinya hampir sama sih menurutku, pilih beberapa kartu, pengen tau apa yang terjadi soal cinta, karir, atau kuliah. Cuman memang katanya kalo Oracle ini lebih main bahasa-bahasa yang diplomatis dan solutif (Katanya yang ngeramal). Beda dengan ramalan tarot karena lebih menggambarkan masa depan. Disini oracle lebih maen ke What's next? What should and what should not? Tapi dalam tulisan ini bukan bahas soal itu sih. Tapi lebih ke kata-kata pembaca oracle tentang apa yang pengen ku ketahuin. Lagi, ya tentang orang itulah. Yang sewindu selalu ada di pikiranku. Intinya pada waktu kemaren aku pengen tau kedepannya hubungan ini mau dibawa kemana? Secara kan emang tiga bulan ini sedang dingin dan emang aku yang tidak berusaha menghubungi dia atau menghindar.

Then, si pembaca oracle ini menyampaikan isi kartu yang ku pilih (lupa ada delapan). Yang bikin menohok pertama katanya si dia ini ternyata juga "care" sama aku. Kedua dari kita sama-sama nyaman dengan hubungan ini dan memang sama-sama sayang (sumpah ini kata doi yang membaca). Tapi emang hubungan ini jadi beban buat aku, padahal disatu sisi juga aku jadi tenang dekat doi. Terus ternyata masalahnya simple, karena selama ini aku yang cuman ngasih kode. Gak pengen bilang ke doinya. Jadi menurut si pembaca oracle ini aku harus ngomong ke dia. Tentang apa-apanya, terlebih masalah hati nih. Dalam hal komunikasi sesuatu yang kadang udah disampein aja sering mispersepsi, apalagi yang cuman dipendem doang. Nah, mirip plek sama yang dinasehatin sama angger kapan hari juga. Eeeeits, tapi kan tapi kan. kalo dari akunya udah nganggep dia udah tau dengan segala perhatian dan sikap aku ke dia selama ini. Terus aku juga gak ngarep lebih, karena masa depan kita masing-masing masih panjang. Toh juga aku gak suka hubungan yang menye-menye. Kalaupun mau langsung mengikat pun masih terlalu dini. Tapi kalau mau ngelepas juga yaudah. Ini yang memang lagi ku pertimbangin.

Rada stres kalau udah bahas soal dia. Yang salah ntar pasti akunya. Yawes, akhirnya semalem aku coba ngomong ke anaknya, eh malah dia katanya sibuk ngerjain laporan TA. Yawes aku gak tega, kapan-kapan aja deh. Nah kan, sampai sekarang akhirnya belom bisa ngomong. Pun kalo aku ngomong aku juga gak bisa jamin apa-apa buat ke depannya. Tapi at least aku bisa lega katanya. Biar gak jadi beban. Syukur kalau perasaan ini terbalas, ya pasti sakit juga kalau sebelah tangan. Tapi apapun hasilnya aku udah siap. Dan malah aku gak berharap apa-apa. Yang ada ya cuman pengen ngelepasin satu persatu beban biar lebih ringan menghadapi apapun yang di depan. OK? Expect less and prepare for the worst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar