Akhirnya rilis juga tulisan ini, setelah sempat mempertimbangkan segala sesuatunya. Tapi semoga dapat membantu meluapkan perasaan ini. Sorry to say. (Atau bahkan gak usah say sorry, secara rasional tetep akan ada pihak yang dirugikan)
Gagal Paham, pada diri sendiri yang entah melakukan apa untuk siapa dan kenapa ini semua dipertahankan
gagal paham, pada setiap nilai output yang ada dengan segala kerja keras yang hanya tiga hari saja
gagal paham, pada dia dan mereka yang dianggap biasa saja tapi nilai yang mereka terima lebih dari yang dinyana
gagal paham, pada beliau-beliau yang didambakan tapi ternyata diatas sana malah bersikut-sikut ria
gagal paham, dengan sanjungan buta arah pada diri yang jelas-jelas nilai itu dua terbawah dari rekan seangkatannya
Gagal paham, pada dia yang dengan pesona alim-nya namun justru mem-pehape orang seenak jidatnya
gagal paham, pada dia yang gegara banjir batal ke surabaya
dan tak membalas setiap tanya kabar yang tertuju padanya
gagal paham, pada dia sosok yang supel dan humble namun karena kejadian ini hanya tersisa perasaan mangkel
gagal paham, pada dia yang upload-an fotonya selalu ada di baris pertama namun untuk menanyakan kabarnya serasa sia-sia
gagal paham, pada dia yang tak jadi datang saat itu atau bahkan kapanpun juga yang tak mungkin untuk diharapkan
Gagal paham, pada dia dan dia yang yang selalu menjadi bahan curhatan para pabrikan
gagal paham, pada dia yang dengan santainya sambil makan siang menyuruh kami menghitung jumlah barang yang ratusan
gagal paham, pada dia dan dia yang bersuka cita bermain uno stacko sedangkan disini merana dengan segala tabel MoA MoU
gagal paham, pada dia dan dia yang selalu membawa kresek besar saat hajatan besar bulanan datang
gagal paham, pada dia dan dia yang selalu bersuka cita dengan running man atau apapun bentuk dari video korea
See? pada akhirnya setiap orang akan merasakan kegagalan. Namun yang digarisbawahi ialah bagaimana mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kegagalan atau bahkan setiap peristiwa yanga ada di bumi ini.
Mungkin aku jadi belajar, bahwa tak seharusnya skripsi itu diabaikan. Harusnya lebih rajin bimbingan, lebih serius dalam pengerjaan, dan lebih sepenuh hati untuk mempersembahkan karya yang menjadi penutup manis di ujung masa studi.
Mungkin aku jadi belajar, bahwa tak terlalu berharap lebih pada seseorang yang memang selalu bisa berlaku baik pada semua orang. Tak ber-ekspektasi lebih pada orang yang memang standartnya jauh diatas rata-rata.
Mungkin aku belajar pula, bahwa perlu dada seluas samudera untuk menghadapi orang-orang yang batas rasionalnya tidak bisa dicerna. Belajar bahwa dalam setiap pekerjaan akan ada titik api dimana siap membakar setiap emosi yang ada. Belajar bahwa mungkin di bawah sini lebih berarti daripada diatas sana namun atas pencitraan dan cari muka saja.