Tulisan
ini ada untuk mengapresiasi dan menghargai sekaligus bentuk rasa syukur penulis
dapat mengenal sesosok teman, sahabat, bahkan panutan seperti seorang Desak
Putu Sinta Suryani. Pengalaman yang luar biasa dan berharga tentunya memiliki
teman seperti Sinta. Gadis berdarah Bali, yang lahir di Medan namun sekolah di
Surabaya. Seorang panutan dalam hal kesabaran, ketulusan, dan tentunya
bagaimana memberikan senyuman terbaik. NIM kami mungkin berurutan, aku
07xxx2002 dan Sinta 07xxx2003. Namun aku sangat sangat tertinggal jauh olehnya dari
segi apapun itu. Sedikit cerita saja tentang perjalanan tujuh semester ini yang
sangat berkesan dan melelahkan namun Sintalah yang terlebih dahulu dapat
menuntaskan dan menggapai harapannya.
Semester Satu
Seperti
yang telah kusebutkan diawal bahwa absen kami berurutan. Sehingga berdampak
pada aktivitas pengelompokan kami saat Ospek selalu berjalan beriringan. 18
Agustus 2009 setelah pengukuhan kami semua dikumpulkan sesuai dengan jurusan,
singkat kata Sinta adalah salah seorang pertama yang ku kenal karena alasan
kami bertempat yang sama untuk PPKMB. Hari pertama PPKMB aku masih ingat betul
bagaimana dengan keramahannya Sinta menyapaku. Pita warna merah muda, senyum
renyah dan wajah berserinya untuk pertama kalinya ku temui di pagi itu dan akan
seterusnya pula menghiasi kehidupan kami seluruh umat 09 di keluarga HI. Kesempatan
kedua ialah saat kami berada dalam satu kelompok Korea Utara di IR Fest 2009.
Bukan pendiam, namun lebih pada sosok tenang yang ku kenang pada diri Sinta. Pada
perjalanannya Sinta memang telah menunjukkan bagaimana keuletan, kerajinan,
serta kepintarannya membuahkan hasil dirinya sebagai pemegang takhta IPK
tertinggi diangkatan.
Semester Dua
Dibalik
ketenangan dan kekalemannya terkadang Sinta menunjukkan sisi humorisnya sebagai
alumni Model Red-A deteksi beberapa tahun silam. Dan aura Puteri Indonesia yang
dipancarkan tak mudah untuk hilang :p. Di semester ini aku masih ingat
bagaimana aku merepotkanmu untuk acara HILITE pidato Bahasa Jerman. Aku merasa
bersalah sepeuhnya karena perjuangan mengendarai angkot hingga ke Goethe selama
beberapa kali berujung nihil pada tidak jadinya kompetisi Pidato Bahasa Jerman
pada ajang HILITE 2010. Berikutnya ialah di semester ini kami semua 2009
merasakan lelahnya menjadi kepanitiaan IRFEST 2010. Sinta sebagai Bendahara,
dan aku termasuk timnya untuk mencari dana. Mulai dari sini aku semakin kagum
dan ingin belajar bagaimana menjadi seorang yang sangat sabar dan tidak pernah
marah. Bahkan aku tidak pernah mendengar ucapan nada tinggi darinya. Baru kali
ini aku menemui sosok sesabar dan semurah hati seperti dirinya.
Semester Tiga
Acara
IRFEST mengalami puncak kesibukannya. Mulai dari pencarian dana, pengumpulan
botol aqua, penarikan uang kas secara paksa, bagaimana rempongnya permintaan
maba, belum lagi segala macam jurnal yang sangat menenggalamkan akal sehat
kita. Namun Sinta masih menjadi sosok yang tenang, tegar, bahkan di kondisi
sekritis apapun itu namanya. Tak sekalipun kau mengeluh disaat suasana yang
jenuh. Kau lah sosok yang paling penurut bagi para senior yang penuntut. Kau
menjadi acuanku untuk dapat belajar sabar dan berpikiran tenang dalam
menghadapi situasi apapun.
Semester Empat
Kami
semua mengalami masa kejenuhan dengan segala macam tuntutan jurnal. Persiapan
HI ANNIV 29. Dan kami tenggelam dengan masing-masing kesibukan. Namun Sinta
justru tetap bersinar dan bahkan mendapatkan beasiswa SUSI untuk isu media dan
berangkat ke Amerika Serikat. Hebat dan dahsyat.
Semester Lima
Masih
dengan segala macam kesibukan jurnal. Persiapan HIANNIV 29 yang menyimpan
banyak skandal. Dan banyak sekali kejadian di berbagai hal. Contoh yang menarik
ialah bagaimana kami segenap HI 09 membuat sebuah forum diskusi dalam urusan
perasaan dan isi hati. Terinspirasi dari mata kuliah Resolusi Konflik Global,
forum ini kami sebut Reskoncin atau kepanjangannya… Sinta menjadi salah satu
member dan panelis utama setiap forum ini dibuka. Bahkan hasilnya kami berhasil
membawa forum ini ke dunia FB untuk kalangan 09 yang lebih luas. Dengan moto “What
it’s said in this group, should still in this group”.
Semester Enam
Tidak
terlalu banyak jurnal, namun kesibukan dan mata kuliah yang berbeda terkadang
menjadikan kami 09 tidak selalu bersama. Kelas Proposal menjadi kelas terhoror
karena dari sini akan ditentukan masa depan skripsi kami. Namun tetap saja
Sinta tetap membahana dan selalu bisa disaat kami tidak bisa. Dengan segala
keuletan dan kepintarannya Sintalah yang selalu kami gadang menjadi pengharum
nama baik angkatan.
Semester Tujuh
Sebagian
dari kami 09 menggadang-gadang untuk inilah semester terakhir kami. Semakin
banyak dramatisir yang hadir saat penampilan angkatan. Atau semakin lebay
setiap foto yang ditampilkan. Kami hanya ingin mengingat segala kisah kasih kami
sebagai sempakers 09 untuk dapat menjadi Sebuah Kisah Klasik untuk Masa Depan.
Hasilnya ialah, tersaringlah lima gadis terniat dan tergiat untuk mengerjakan
Skripsi mereka sehingga dapat menempuh siding. Dan Sinta tentu saja menjadi
salah satu diantaranya.
Sore
ini 17 Januari 2013 Sinta di sidang oleh penguji Bu BW, Pak VD, dan Pak WP.
Presentasi yang sangat detail, sangat dipersiapkan dan Tanya jawab yang lancar
memperkuat dugaan kami bahwa Sinta lah yang dapat mengharumkan nama angkatan
09. Singkat kata Sinta memang mendapatkan nilai yang kami prediksikan. Sorak
gembira dilanjutkan haru tangis mengiringi pembacaan nilai Skripsi Sinta. Perlu
ditekankan bahwa di jurusan kami, hanya manusia-manusia setengah dewalah yang mampu
mendapatkan nilai AB apalagi A. Sinta sekali lagi membuktikan bahwa dirinya
memang layak untuk dijadikan panutan dan acuan bagi kami semua di 09. Bahkan kami
merasa hina hanya membebankan nilai AB tersebut terhadap Sinta.
Sint,
kamu pernah berkata padaku bahwa di Agamamu ada yang disebut dengan Karma. “Apa
yang kita lakukan disaat yang lampau akan berpengaruh pada masa depan”. Nilaimu
ini menurutku ialah wujud penghargaan dari Sang Maha Kuasa atas segala dedikasi
dan usaha kerasmu selama ini Sint. Kau selalu memberikan senyuman khas mu yang
tulus, lembut, dan menyejukkan hati bagi siapapun itu. Bahkan Ron Hatley (si
Bule Australia) memberimu julukan “The Smiley Sinta”. Hal ini membuktikan bahwa
segala kebaikan dan ketulusanmu di masa lau telah terbayar dengan nilai AB itu.
Sinta,
terimakasih telah memberikan inspirasi, acuan, dan semangat bagiku dan segenap
teman-teman 2009. Kau selalu hadir memberikan ketulusan, kelembutan, dan
kesabaran disaat kami pekat oleh segala tuntutan jurnal ataupun desakan pihak
eksternal. Sungguh selama 20 tahun, baru kali ini ku temui sesosok gadis yang
teramat sabar seperti dirimu.
Sekali
lagi selamat Sinta, semoga selalu sukses untuk karirmu di masa depan entah
menjadi apapun itu. Aku percaya dengan segala integritas dan dedikasi yang kau
miliki kau akan selalu diterima dan siap dimanapun kau berada. Akan ku ingat
senyum tulus yang menentramkan hati darimu itu.
Ngga, aku brebes mili bacanya. makasih banyak ngga. aku juga beruntung punya teman yang pekerja keras dn punya banyak cara buat menyenangkan orang lain kayak kamu. thank you :)
BalasHapussenior yang banyak tuntutan ya? hmmmmmm :)))))))))
BalasHapussinta, selamat ya dapat AB. sukses selalu :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussuka sekalii dengan tulisan ini :3
BalasHapus