Namaku Adytya Erlangga Putra. Sekarang masih terhitung sebagai mahasiswa aktif Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya. Aku tergelitik dengan pembuatan postingan ini karena semakin kesini aku baru menyadari bahwa namaku memang mirip dengan nama tempat aku kuliah sekarang. Meskipun berbeda huruf AI dan E, namun bila dilantunkan keduanya sama. Intinya ialah Airlangga ataupun Erlangga. Namaku ini diberikan oleh Bulekku, aku tidak tahu maksud dan artinya apa. Yang jelas nama ini akan lebih kece daripada keinginan Ayah untuk menamaiku Subandono. Ya karena pada saat kelahiranku, ban truk yang dikendarai Ayah dicuri orang. Sehingga nama "simple" tersebut muncul dibenakku. Lagipula Ayah memang orang sederhana seperti ceritaku pada postingan sebelum-sebelumnya. Beranjak SD aku mulai menyadari namaku memang terlihat dan terdengar lebih catchy daripada temanku yang lain yang pada saat itu setiap anak laki-laki kebanyakan bernama depan Muhammad, sedangkan kalau Perempuan bernama depan Siti. Aku setapak lebih modern dari mereka untuk urusan nama. Namun saat kelas 6, guru Agama kami mencoba menjabarkan nama lengkap kami apakah ada bau-bau islaminya atau tidak. Dan sayang sekali seingatku namaku ialah satu-satunya nama yang tidak mengandung unsur tersebut. Karena setiap nama temanku pasti ada kata Muhammad, Siti, Ahmad, Nur, Sholeh, dll. Aku merasa menjadi yang tidak beriman diantara mereka.
Menginjak SMP, seperti setiap perkenalan pada umumnya aku menyebutkan namaku dengan lantang karena aku sangat percaya diri dengan nama yang keren dan oke tersebut. Namun sayang ketika ditanya artinya aku justru tidak tahu. Gurukulah yang malah menganalisa arti dan maksud namaku. Adytya, diambil dari kata Ditya yang menurut B.Jawa ialah artinya Buto/Raksasa/Giant. A merujuk pada sifat kebalikannya, sehingga Adytya berarti BUKAN Raksasa. Erlangga ialah nama Raja yang besar dan ternama di tanah Jawa. Putra merupakan anak laki-laki. Sehingga bila dirangkai ialah, Bukan Raksasa yang semena-mena tapi putra Raja yang agung dan bijaksana. Semenjak saat itu aku memegang teguh arti namaku tersebut. Yang berarti aku diharapkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana (layaknya doa setiap orangtua untuk anak-anaknya).
Menginjak masa perkuliahan entah kenapa aku memilih Universitas Airlangga (sudah pernah ku bahas juga bagaimana aku terdampar disini dengan pilihan yang tak akan pernah ku sesali). Tapi yang sangat aku ingat ialah bagaiamana dibagian akhir pendaftaran untuk tes jalur PMDK Japres, seorang Bapak bilang "lho mas Erlangga,, Unair nanti pasti akan senang kalo mas keterima disini". Aku hanya mengamini dan tersenyum semoga aku memang keterima disini. Alhamdulillah, seperti sekarang inilah hasilnya. Hari berganti, aku kembali menemukan perkataan yang sama dari petugas di Universitas ini. Mulai dari bagian pendidikan, keuangan, sampai yang terakhir tadi pagi ketika aku mengembalikan buku di perpustakaan. Semua menganggap Ayahku atau Ibuku "orang" Unair sehingga aku bisa masuk sini. Namun tentu hal tersebut tidak benar. Hanya saja memang orangtuaku akan selalu mendoakan aku agar memang masuk kesini.
Sampai sekarang aku masih penasaran juga kenapa aku di Universitas Airlangga ini. Tapi semoga apa yang telah ku berikan selama ini cukup untuk dapat mempertahankan pamor Universitas ini. Ingatlah namaku untuk di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar