Random, Ransom
“Pada
akhirnya bukan kata-kata menyakitkan dari musuh yang selalu kita ingat,
tapi diamnya para sahabat yang dulu mendukung kita. ”
― Martin Luther King, Jr.
Moving out from comfort zone. We are not follower. We are distinct. We are Strategist...
-VD-
kalimat diatas muncul dari home FB yang barusan aku buka. Status dua adik kelas, yang secara kebetulan ku baca dan menjadi pikiran. Quote pertama, aku merasa sedikit miris karena ini menyangkut persahabatan. Sama seperti postinganku terdahulu tentang kemarahan untuk sahabat. Posisiku tidaklah jauh berbeda dengan perkataan Martin Luther tersebut. Ada rasa kecewa terhadap sahabat tersebut sehingga aku masih malas untuk sekedar menegur sapa atau bahkan sampai bercengkerama seperti sedia kala. Aku memang seoarang cancer-ian yang sekali dikecewakan maka akan sulit untuk memaafkan. Apa salah dia? aku tidak tahu. Atau justru aku yang salah sepenuhnya. Namun aku merasa telah berusaha menjadi sahabat terbaiknya, hanya saja dia yang terlalu bisu dan tuli akan segala kesibukannya.
Kalimat kedua, hampir setiap orang berusaha untuk menjadi seperti itu. Keluar dari zona nyaman, distict, berbeda, dan bahkan strategis. Tak tahu lah apa mau orang-orang tersebut. Bukankah manusia memang diciptakan berbeda-beda? hanya saja pemikiran yang generalis membuat kita sama. Pola kehidupan menjebak kita untuk selalu pakem pada budaya. Setiap pertanyaan akan berakhir pada tanta tanya yang sama. Kuliah dimana? ngambil jurusan apa? itu kalau disaat kelas tiga SMA. Skripsimu sampai mana? Dospemmu enak gak? itu kalau sedang sibuk skripsi. Kerja dimana? Ngelamar kemana aja? itu kalau baru lulus dan belum dapat kerja. Kapan Nikah? kalau sudah lama membujang. Kapan punya anak? Gak pengen nambah adik? itu kalau sudah berkeluarga. Serta pertanyaan-pertanyaan lain yang akan selalu hadir di tengah ritualitas kesibukan sehari-hari kita.
This is Life, just like an ordinary machine that we used to make a yummy cookies. But it's still can be broken.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar