Akhirnya, perasaan yang hancur dan remuk redam itu kembali hadir. Mungkin hampir sama dengan perasaan patah hati seorang pendukung fanatik yang capresnya gagal menuju kursi RI 1. Tapi yang terjadi padaku ialah lebih pada curahan hati pribadi. Well, kenyataan memang pahit. dan sangat setuju dengan quote di bawah ini:
"Jangan bikin nyaman dan terbiasa, kalo pada akhirnya tak bisa bersama"
Hubungan ini, yang selalu aku dan mungkin kau pertahankan tanpa nalar yang jelas. Tanpa ikatan yang pasti. Hanya membuatku kembali pada setiap kau membuka kembali ruangan gravitasi. Antara gamang dan senang setiap kita kembali besua, bercengkerama, menghabiskan malam berdua, dan obrolan konyol yang selalu membuatk tertawa dan membawa komodo di perutku.
Pada nyatanya, tiga bulan kau sudah bersamanya. Membohongi ataupun menutupi segala celah yanga ada. Kau anggap aku apa? dengan segala perhatian yang ada, aku seolah samar oleh hubungan kalian berdua. Antara percaya dan tak percaya bahwa kau bersama dia, yang juga sahabat kita berdua.
Atau memang aku yang salah yang terlalu harap akan hubungan kita berdua.
Sekarang aku hanya berusaha tenang, bagaikan laut yang dalam.
Tapi kau tentu tahu bahwa selama ini perasaanku padamu terlalu menghanyutkan untuk kita arungi dan mencoba mengayuh ketepian.
Aku yang salah dan lagi dan lagi aku KALAH.
Sudah saatnya aku menyerah.
Untukmu yang membawa hubungan ini tak akan punya arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar